RUANGKALTIM.COM, KUTIM – Grand design rencana pembangunan jangka panjang (RPJP) 25 tahun pertama Kutai Timur (Kutim) berdiri, berada pada periode pemerintahan sekarang. Sehingga sudah seharusnya Kutim menjadi daerah agribisnis dan agroindustri.
Apalagi, Kutim telah dipersiapkan sebagai daerah pembangunan, yang perekonomiannya diletakkan pada pembangunan memanfaatkan sumber daya alam (SDA) yang bisa diperbarui. Seharusnya itu bisa direalisasikan. Mengingat, perkebunan kelapa sawit yang luasnya mencapai 450.000 hektare, merupakan yang terluas di Kalimantan Timur (Kaltim)
Sayangnya, belum juga mempunyai pabrik industri hilir dari kelapa sawit. Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman pun merasa keheranan. Dari sekian banyak perusahaan sektor tersebut, tak ada satupun yang mendirikan pabrik turunan kelapa sawit. Hal ini pun berdampak pada niat membangun pabrik industri hulu ke hilir tidak berjalan.
“Kalau perusahaan membangun pabriknya, persoalan kelangkaan minyak goreng di Kutim bisa teratasi,” ungkapnya, Kamis (10/3/2022).
Dia tidak menampik, minat investasi pengembangan hilirisasi belum sesuai harapan. Padahal, Kawasan Ekonomi Khusus Maloy Batuta Trans Kalimantan (KEK-MBTK) dipastikan telah siap dioperasikan. Kawasan itu diproyeksi sebagai kawasan industri terpadu yang dilengkapi dengan Pelabuhan Internasional.
“Salah satunya untuk industri minyak goreng,” terangnya.
Meski begitu, pemkab selalu membuka pintu bagi investor yang mau berinvestasi. Dengan mempermudah perizinan, menjaga kondusifitas daerah, menjaga iklim investasi menjadi lebih baik.
“Termasuk hal lain yang membuat investor mau menanamkan modal,” tutupnya. (rk)