RUANGKALTIM.COM, KUTIM – Semakin ke sini gas elpiji 3 kilogram semakin langka. Baik itu di pangkalan dan pengepul, yang banyak tersedia hanya tabung 5 kilogram dan 12 kilogram. Hal itu tentu menimbulkan banyak pertanyaan, mengingat warga kesulitan mencari gas melon.
Apalagi harganya pun melonjak tajam. Jika di kawasan perkotaan harganya berkisar Rp 35-40 ribu untuk tabung 3 kilogram. Di kawasan pedalaman harganya mencapai Rp 50 ribu. Kelangkaan juga sudah terjadi sejak dua bulan lalu.
Padahal harga eceran tertinggi (HET) telah ditetapkan Gubernur Kaltim Isran Noor pada 2019. Ya, di pangkalan resmi Pertamina wilayah Samarinda dan Kutai Kartanegara (Kukar) Rp 18 ribu per tabung, sedangkan Bontang Rp19.500 per tabung.
Adapun di Kutim, 2023 ini untuk tingkat agen HET elpiji subsidi Rp 19-20 ribu per tabung. Namun, setelah didistribusikan ke tingkat pangkalan, harga jual naik berkisar Rp 24 ribu per tabung.
Menyikapi ini, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kutai Timur (Kutim), Joni berharap kondisi tersebut diharapkan tidak dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
“Karena peruntukannya untuk masyarakat tidak mampu. Jangan dijadikan kesempatan mencari keuntungan pribadi,” imbuhnya.
Dia mengimbau para pedagang bersikap penuh kepedulian kepada masyarakat lainnya. Mengingat dampaknya sangat besar terhadap masyarakat yang benar-benar kesulitan finansial.
“Sekarang kan nyarinya susah. Eh pas stoknya ada, langsung dijual mahal. Ini harus dihindari,” singkatnya.
Dia mengaku tidak dapat berkomentar banyak. Pasalnya belum menerima informasi dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kutim. Namun dia meminta agar segera menindaklanjuti.
“Jangan sampai berlarut-larut. Yang kasian masyarakat. Disperindag harus memberikan perhatian,” tutupnya. (adv/rk)