RUANGKALTIM.COM, KUTIM – Melalui Dinas Pariwisata (Dispar), Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutai Timur (Kutim) menunjukan langkah konkret dalam mendorong produk UMKM agar lebih dikenal luas dan mendunia. Pada 27 Juli hingga 2 Agustus mendatang, produk kerajinan tangan dan kuliner khas Kutim tersebut akan tampil di Korea Selatan (Korsel) dalam event Handarty Korea Exhibition Event 2022.
Puluhan produk telah disiapkan oleh Komunitas Pembatik Kutim. Mulai Batik Wakaroros, Akar Bolo, Kelubut, Paku, Daun Singkong, Telapak Tangan serta Kain Tenun. Begitu pula olahan kuliner, yakni Olsabara yang merupakan UMKM binaan PT KPC dan produk Olahan Kuliner Sangatta (Okusa) binaan PT Pamapersada Nusantara Site Sangatta melalui YDBA-LPB PAMA Banua Etam, melengkapi produk-produk yang akan ditampilkan di Negeri Ginseng tersebut. Adapun salah satu produk unggulannya, yakni olahan jahe merah dan berbagai jenis amplang.
Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman pun secara resmi melepas semua produk produk kerajinan tangan dan kuliner khas Kutim itu. Sebagai langkah promosi dan ekspor, Senin (25/7/2022). Bahkan disaksikan Ketua Dekranasda Siti Robiah, Kepala DPMPTSP Teguh Budi Santoso, dan para pelaku UMKM.
Ditegaskannya, bukan hanya sekadar undangan untuk mengikuti event saja, Kutim juga memiliki peluang. Sehingga Dispar harus membawa produk unggulan, termasuk pula mengikuti acara fashion. Dia menilai, ini salah satu jalur atau jalan untuk membuka peluang.
“Semoga ada permintaan, bukan hanya transaksi saat expo berlangsung,” harapnya.
Dia meyakini, produk-produk tersebut dapat bersaing di Korsel. Apalagi bidang kuliner, yang telah dibina PT Pamapersada dan PT KPC.
“Hanya, UMKM Kutim harus bisa mempertahankan kualitas dan siap memproduksi lebih banyak jika nantinya ada permintaan,” pintanya.
Kadispar Kutim Nurullah berharap, produk-produk tersebut dapat bersaing di mancanegara. Kemudian mendapatkan permintaan pesanan dengan jumlah yang banyak. Sehingga Kutim bisa memberikan kontribusi terhadap devisa negara melalui bidang kuliner dan kerajinan tangan.
“Produk unggulannya batik khas Kutim (Batik Paku, Wakaroros, Akar Bolo, Kelubut, daun singkong dan telapak tangan). Sementara kuliner, sebagai pelengkap kerajinan tangan yang dipamerkan,” singkatnya.
Superintendent Local Business Development Community Empowerment Department PT KPC, Faizal mengatakan, pihaknya berperan agar produk yang selama ini didampingi dapat berkontribusi dan memiliki potensi ekspor dan produk yang direkomendasikan dari sisi produksi itu mampu.
“Bukan tidak punya kemampuan. Itu akan susah untuk didorong. Karena kendala terbesar adalah transportasi. Memang butuh lembaga yang bisa menilai produk mana yang mampu. Baik sisi produksi, higienis dan kualitas,” ujarnya.
Tak kalah penting, kata dia, peran Bea Cukai. Terutama untuk transportasi menuju negara-negara tujuan. Agar dapat memangkas sedikit biaya transportasi.
“Tapi, paling menantang adalah biaya produksinya. Segala sesuatunya berbeda dengan biaya produksi UMKM dari daerah lain. Yang jelas, siapapun dan produk apapun akan kami dukung,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Bea Cukai Sangatta Benny Wismo Noegroho mendukung langkah promosi tersebut. Apalagi untuk menggerakan perekonomian bagi pegiat UMKM. Dia melalui domainnya, juga berperan membantu mempromosikan produk-produk tersebut.
“Ini luar biasa. Kami (Bea Cukai) siap bersinergi dan berkolaborasi. Kami juga telah melakukan penjajakan melalui teman-teman pengangkut batu bara, untuk mengikutkan produk-produk UMKM sebagai oleh-oleh dari Kutai Timur untuk negara asal mereka,” bebernya.
Dengan upaya itu, diharapkan produk tersebut dapat dikenal luas dan mendapat permintaan.
“Sehingga UMKM Kutim bisa mengekspor produk mereka dan mendukung peningkatan devisa negara,” ungkapnya.
CSR Section Head PAMA Area KPC, Yasser Pramana memastikan, ini komitmen pembinaan UMKM dari hulu ke hilir. Hingga pada kesempatan ini, pihaknya bekerja sama dengan pemkab untuk fasilitasi pemasaran produk UMKM Kutim hingga pasar global.
“Dari 35 UMKM sektor home industry yang tergabung dalam Okusa, 16 produk kuliner berpotensi ekspor. Termasuk empat kerajinan motif wakaroros. Upaya ini sebagai bentuk dukungan menuju kemandirian UMKM di Kutai Timur,” tutupnya. (rk)