RUANGKALTIM.COM, KUTIM – PT Pamapersada Nusantara, PT Kalimantan Prima Persada, dan PT Kaltim Prima Coal, berkolaborasi dalam mendukung penyelenggaraan Festival Pembinaan Difabel yang berlangsung di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Kutai Timur pada 21–25 April 2025.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) ketiga perusahaan, melalui perwakilan CSR masing-masing. Dengan tujuan, untuk memberikan dukungan nyata kepada anak-anak berkebutuhan khusus. Sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya inklusi.
Melibatkan berbagai pihak, mulai dari CSR PT Pamapersada Nusantara Site KPC Coal Mining Project, CSR PT Kalimantan Prima Persada, CSR PT Kaltim Prima Coal, para siswa dan guru SLBN Kutai Timur. Termasuk dukungan dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPA) Kutai Timur.
Tidak hanya itu, pihaknya juga berkolaborasi dengan OSIS SMAN 1 Sangatta Selatan serta sejumlah siswa SLB lainnya di wilayah Sangatta. Festival diisi dengan berbagai kegiatan yang mengasah kreativitas dan kemampuan sosial siswa-siswi difabel. Termasuk mempererat kolaborasi lintas sektor, dan menunjukkan bahwa keberagaman adalah kekuatan.
Dengan adanya inisiatif ini, diharapkan tumbuh sinergi berkelanjutan antara perusahaan, sekolah, dan komunitas lokal. Terutama dalam membangun lingkungan pendidikan yang inklusif dan berdaya.
CSR Dept Head PT Pamapersada Nusantara Site KPC Coal Mining Project, Agung Dwi menyampaikan, kegiatan ini merupakan wujud kepedulian perusahaan terhadap penyandang disabilitas. Khususnya di SLBN Kutai Timur.
“Kami berharap program ini bisa memberikan manfaat jangka panjang bagi seluruh warga sekolah dan menjadi bagian dari upaya berkelanjutan dalam mendukung pendidikan inklusif,” ungkapnya.
Sementara itu, Susi dari CSR PT Kaltim Prima Coal, juga menyatakan dukungannya terhadap pengembangan potensi siswa difabel.
“Kami percaya bahwa setiap anak memiliki potensi luar biasa yang perlu diberi ruang dan dukungan,” ujarnya.
Adapun Kepala Sekolah SLBN Kutai Timur, Haristo menyampaikan rasa terima kasih dan apresiasinya terhadap perusahaan-perusahaan yang telah mendukung kegiatan ini.
“Kegiatan seperti ini sangat berarti bagi kami dan menunjukkan bahwa dunia usaha juga peduli terhadap pendidikan anak-anak difabel,” katanya.
Untuk diketahui, festival ini tidak hanya menjadi ruang belajar dan ekspresi bagi siswa. Tetapi juga memperkuat kolaborasi antara sekolah, masyarakat, dan dunia industri. Terutama dalam menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan berdaya. (rk)
Selama lima hari pelaksanaan, berbagai kegiatan edukatif, kreatif, dan pembinaan karakter digelar, antara lain:
- Pelatihan kewirausahaan pembuatan minuman kunyit asam bagi siswa dan guru SLBN Kutim, sebagai bentuk pemberian kompetensi tambahan yang bisa dikembangkan secara mandiri.
- Lomba kreasi barang bekas, di mana hasil karya siswa dipamerkan dalam acara Gelar Karya di hari penutupan festival.
- Karakter building untuk membentuk kepercayaan diri dan kemampuan sosial siswa difabel.
- Sosialisasi sex education guna meningkatkan pemahaman tentang kesehatan reproduksi dan perlindungan dari ancaman kekerasan seksual, khususnya bagi anak-anak difabel.
- Sosialisasi anti-bullying yang melibatkan siswa SLBN Kutim dan OSIS SMAN 1 Sangatta Selatan, dilanjutkan dengan senam massal bersama sebagai simbol kebersamaan dan inklusivitas.
- Fashion show pakaian adat yang melibatkan siswa, guru, dan orang tua, bertujuan mengenalkan keragaman budaya dan menanamkan nilai-nilai kebhinekaan.