RUANGKALTIM.COM, KUTIM – Food Estate adalah sebuah program jangka panjang pemerintahan Indonesia, yang berguna untuk menjaga ketahanan pangan dalam negeri. Program serupa juga akan diterapkan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutai Timur (Kutim).
Ya, kawasan Food Estate akan dijadikan sebuah konsep pengembangan pangan yang dilakukan secara terintegrasi. Mencakup pertanian, perkebunan hingga peternakan. Bahkan pemkab berencana menyediakan lahan 600 hektar, yang tersebar di beberapa kecamatan.
“Tahapan persiapannya sudah mulai berjalan. Nanti akan menjadi pusat bercocok tanam bawang merah, bawang putih dan kedelai,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Kadistanak) Kutim Dyah Ratnaningrum, saat mendampingi Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman, menghadiri panen sawit di Desa Bumi Sejahtera, Kecamatan Kaliorang, Jumat (25/11/2022).
Dipilihnya tiga jenis tumbuhan itu, lantaran ketiga komoditi tersebut sangat rentan mengalami gejolak harga. Apabila peluang itu bisa dimanfaatkan dengan baik, dia meyakini dapat membantu para petani dan juga masyarakat.
“Bukan hanya segi penyiapan lahan, kami juga akan membantu pengadaan pupuk organik bagi kawasan Food Estate,”
Pihaknya juga akan bekerja sama dengan beberapa kelompok tani. Tidak itu saja, pihaknya juga akan mengajak perusahaan di Kutim untuk berkontribusi terhadap pengembangannya. Selain itu peningkatan kapasitas dan kecakapan petani juga diperhatikan.
“Ada juga penerapan teknologi yang akan digunakan dalam Food Estate. Sehingga benar-benar terintegrasi dengan baik,” katanya.
Dyah memastikan, semua faktor harus dipertimbangkan dengan matang. Mulai dari penyiapan lahan, ketersediaan bibit unggul dan SDM. Termasuk teknologi pemasaran serta branding.
“Khusus produksi pupuk organik, kami akan mencoba memproduksi sendiri. Menggunakan probiotik dan sampah organik dari kawasan sekitar lokasi Food Estate,” jelasnya.
Sedangkan produk pisang kepok, yang saat ini telah menjadi komoditi ekspor. Dipastikannya akan terus dikembangkan. Sehingga bukan hanya buah segar yang diekspor, tetapi juga produk turunannya.
“Apakah itu dalam bentuk keripik pisang, atau tepung pisang. Kami berupaya ada nilai tambah dari hasil pertanian,” pungkasnya. (adv/rk)