OPINI: Dr Hartono, Dosen STAIS Kutai Timur dan Direktur Wansa Care And Corrective Center
RUANGKALTIM.COM, KUTIM – Pepatah Arab meyebutkan, “dalam tubuh yang sehat terdapat akal yang sehat”. Hal tersebut menegaskan begitu pentingnya kesehatan. Maka menjadi kewajiban bagi setiap manusia untuk selalu menjaganya. Terlebih pada masa sekarang, kondisi kesehatan yang ada belum sepenuhnya stabil seperti sedia kala.
Melihat sekilas UU Kesehatan No 39/2009 tentang Kesehatan. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Penegasan di atas juga tergambar jelas pada prinsip-prinsip yang terkandung dalam Pancasila dan UUD RI 1945. Di mana, prinsip non diskriminasi, partisipasif yang berkelanjutan, dalam rangka pembangunan manusia Indonesia mesti dan mampu dihadirkan.
Berdasarkan narasi dan argumentasi itu, senyatanya memang kesehatan belum sepenuhnya maksimal dirasakan masyarakat. Lihat saja daerah-daerah pinggiran dan pelosok, acap kali terkendala soal teknis dan minimnya tenaga kesehatan. Mungkin sebagian akan sulit membayangkan, butuh waktu 3-4 jam perjalanan jika merujuk pasien ke Rumah Sakit.
Bagaimana jika kondisi alam atau jalan tak memungkinkan. Atau ada hal lain yang begitu craudite diperjalanan. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi semua pemangku kepentingan, untuk bisa memberikan pelayanan kesehatan sebaik dan secepat mungkin.
Pada ruang yang berbeda, pelayanan kesehatan pada masa pandemi juga perlu diapresiasi. Misalnya, penanganan covid-19 dan pelayanan vaksin di wilayah Wahau dan Kongbeng, yang terus menunjukan tren positif. Data yang masuk diperkirakan, 35% masyarakat sudah tervaksin dan menurut keterangan Kapolsek Kongbeng Iptu Satria Yudha, SE “diharapkan bulan November ini mampu tembus 50%”.
Kinerja lintas sektoral baik tenaga kesehatan, aparat keamanan dan pemerintah setempat, sepertinya terus bergerak cepat untuk mencapai target yang diharapkan. Target itu menjadi penting. Sebab, jika masyarakat telah tervaksin, maka kerawanan tertular covid-19 dengan mutasi varian baru akan bisa ditolak oleh tubuh atau minimal kekebalan imun lebih kuat.
“Sinergisitas itu juga kami hadirkan lewat wadah atau lembaga yang sedang dibangun bersama. Lembaga itu bernama Wansa Care and Corrective Center (Wansa 3C). Di mana, kami bergerak untuk mengedukasi dan mengadvokasi masyarakat luas tentang pentingnya kesehatan, kekuatan ekonomi, dan perbaikan data,” bebernya.
Wadah ini lahir dari kesamaan ide, gagasan dan visi untuk menghadirkan kepedulian dan pembangunan masyarakat lebih baik lagi.
“Dalam hal kesehatan, kami terus bergerak memberi edukasi kepada masyarakat untuk mau divaksin. Kami ikut mendata dan bila perlu menunjukkan lokasinya. Mengapa kami lakukan, karena sebagian dari masyarakat kadang ada yang kurang peduli atau sebaliknya sulit untuk mendapatkan informasi perihal vaksin,” jelasnya.
Hal itu menjadi cara Wansa 3C untuk turut serta melakukan perbaikan, pengabdian, kepedulian atas sesama.
“Semoga di Hari Kesehatan Nasional Ke-57, kita semua mau dan mampu bergandengan tangan untuk melihat Indonesia ke depan lebih baik lagi,” tutupnya. (rk)