RUANGKALTIM.COM, KUTIM – Keberadaan terumbu karang Teluk Kaba, yang berada di Sangatta Selatan, Kutai Timur (Kutim) tampak memprihatinkan. Hal itu tak lepas dari berbagai aktivitas pengeboman ikan. Sehingga segala yang berkaitan dengan fakta lingkungan, mitigasi hingga perencanaan pengembangan menjadi topik utama Focus Group Discussion (FGD), yang diprakarsai Forum Pemerhati Masyarakat Pesisir (Fopsir) Kutim, Rabu (27/7/2022).
Berlangsung di Gedung DPRD Kutim, akademisi Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (Stiper) Kutim Imanuddin mengatakan, terumbu karang di Teluk Kaba kini sangat memprihatinkan. Dia menyebut, hal itu dikarenakan kawasan itu menjadi target pengeboman ikan. Apalagi 2 ribu gram amonium nitrat yang digunakan sebagai bahan bom ikan, memiliki daya ledakan yang dapat menghancurkan 12,56 meter persegi terumbu karang.
“Makanya diperlukan langkah konkret dan pengawasan ketat kelautan,” ujarnya.
Sehingga perlu dibentuk Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Perikanan. Mengingat, wilayahnya langsung bersentuhan. Tidak itu saja, diperlukan perbaikan atau transplantasi terumbu karang.
“Supaya kembali normal. Sehingga ekosistem terumbu karang di Teluk Kaba tetap terjaga,” ucapnya.
Sementara itu, Ketua Fopsir Kutim Alexs Bhajo mengakui bahwa pihaknya fokus melindungi terumbu karang tersebut. Mengingat, kondisinya kini semakin memprihatinkan. Bahkan, pihaknya sudah melakukan penelitian dan ditemukan banyak terumbu karang yang rusak akibat pengeboman ikan.
“Nah, FGD ini untuk mencari solusi serta komitmen dalam mitigasi pengawasan ekosistem terumbu karang di sana. Jadi, dapat melahirkan rekomendasi bahwa Teluk Kaba menjadi destinasi pariwisata andalan Kutim. Kami juga intens berdiskusi dengan Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah), mengenai strategi pengembangan roadmap Teluk Kaba,” paparnya.
Baca Juga: Longsor di Poros Sangatta-Rantau Pulung Dalam Penanganan
Wakil Bupati Kutim Wabup Kasmidi Bulang berharap, FGD tersebut akan melahirkan pemikiran positif terkait apa yang akan dibahas. Termasuk mengenai ide dan gagasan baru sebagai tindak lanjut aksi di lapangan.
“Teluk Kaba punya potensi luar biasa. Ada kerang gonggong, kalau bahasa Latin disebut Strombus Canarium. Bisa ditemukan pas lagi musimnya,” sebutnya.
Apalagi terdapat tumbuhan mangrove yang luas dan dilengkapi budidaya rumput laut yang terus dikembangkan. Dia menegaskan, pengembangan wilayah pesisir Teluk Kaba akan dijadikan ekowisata mangrove.
“Pemkab dan DPRD sudah berkomitmen mendukung program memajukan pengembangan Teluk Kaba. Sudah jadi mindset bersama,” pungkasnya. (rk)