RUANGKALTIM.COM, KUTIM – Menjelang lebaran Idul Fitri, menjadi hal biasa jika terjadi peningkatan terhadap kebutuhan masyarakat. Baik itu daging sapi, telur, beras hingga daging ayam.
Hal itu sudah terjadi setiap tahun. Baik perayaan Idul Fitri, maupun hari besar keagamaan lainnya. Ketersediaannya harus dipastikan memadai. Sebagai antisipasi kenaikan harga.
Menanggapi ini, Wakil Bupati Kutai Timur (Kutim) Kasmidi Bulang mengatakan, pemotongan sapi dalam sehari di Kutim hanya lima ekor. Mengingat, kebutuhannya memang sangat terbatas.
“Tapi, menjelang lebaran pasti kebutuhan meningkat,” sebutnya.
Dia berharap lebih banyak lagi sapi yang masuk ke Kutim. Sebab, kebanyakan berasal dari Sulawesi dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
“Setelah sampai Kaltim (Kalimantan Timur), dibagi-bagi pada daerah lainnya. Seperti Samarinda dan Balikpapan. Kutim hanya kebagian lima ekor. Padahal dua hari saja sudah habis (lima ekor),” paparnya.
Meski saat ini jalur distribusi normal. Pihaknya tetap berupaya menjaga harga daging sapi yang sekarang Rp 150 ribu. Pihaknya juga mendorong Pemprov Kaltim agar lebih banyak sapi yang masuk ke Kutim.
“Sebagai langkah antisipasi kenaikan harga. Kalau bisa sampai lebaran tidak ada kenaikan. Tetap Rp 150 ribu,” tegasnya.
Makanya, koordinasi dengan semua pihak ditingkatkan. Termasuk dengan Pemprov Kaltim. Pihaknya juga meminta Kecamatan Muara Wahau, agar bersedia mendistribusikan sapi. Sebab, kecamatan tersebut ketersediaan dagingnya surplus. Sedangkan ternak sapi yang memang digemukan untuk pemotongan mencapai ratusan ekor.
“Kalau bisa sebagian dibawa ke Sangatta, yang kebutuhannya lebih besar. Apalagi kebutuhan di Sangatta Utara dan Sangatta Selatan lebih besar dibanding kecamatan lain,” terangnya.
Sehingga, para pedagang daging pun tidak seenaknya menaikan harga. Disparitasnya bisa dijangkau dengan harga yang sama dari satu tempat ke tempat lainnya.
“Yang jelas, sapi dari Muara Wahau bukan bantuan yang diberikan pemerintah kepada peternak,” bebernya.
Disingung ketersediaan beras. Politikus Golkar itu memastikan beras lokal dalam keadaan surplus. Musim panen Januari hingga Maret lalu, membuat beras lokal dari Kecamatan Kaubun berlimpah.
“Supaya para petani termotivasi, saya sudah beli 9 ton. Ini juga bentuk apresiasi kepada para petani,” tuturnya.
Agar pasar beras Kaubun semakin luas, Dinas Pertanian telah diminta mencari solusi. Perusahaan-perusahaan pun menjadi strategis sebagai pasarnya. Sedangkan telur dan daging ayam, dipastikannya sangat memadai.
“Stok lokal banyak. Yang perlu diantisipasi ketersedian daging saja. Kami terus tingkatkan koordinasi dengan semua pihak,” tutupnya. (rk)