RUANGKALTIM.COM, KUTIM – Gagal dalam berusaha tidak berarti gagal dalam seluruh kehidupan. Gagal namun kembali bangkit dan berani mencoba peluang-peluang positif lainnya, menjadi sebuah perjalanan yang dinamis dalam membangun usaha.
Seperti halnya kisah Abdul Razak (61 tahun), yang pernah mengalami kegagalan dalam usaha ternak ayamnya. Dengan mata berkaca-kaca, Razak, demikian ia biasa dipanggil, membagikan kisah pahitnya itu.
“Ibarat besar pasak daripada tiang,” tutur warga Desa Bukit Harapan, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur itu. “Penghasilan dari usaha peternakan ayam tidak mampu menutup biaya pakan dan operasional sehari-hari. Akibatnya, usaha saya harus gulung tikar,” ungkapnya.
Razak menghadapi kenyataan bahwa pakan merupakan komponen biaya terbesar dalam budidaya ayam. Untuk dapat menjalankan usaha ternak ayam secara efisien, dia harus dapat mengelola pakan dengan baik tanpa mengurangi kuantitas bahan baku dan nutrisi bagi ayam.
Ayah dari tiga orang anak itu pun memutar otaknya untuk dapat menemukan jawabannya. Gayung pun bersambut manakala pertanyaan-pertanyaan Razak berjumpa dalam diskusi dengan tim PT Indexim Coalindo, yang menggagas ide budidaya maggot sebagai program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM). Salah satu manfaat maggot ialah sebagai pakan ternak.
Dari diskusi bergulir menjadi aksi. Dengan didampingi PT Indexim Coalindo, Razak beserta rekan-rekannya sesama petani dan peternak yang tergabung dalam Kelompok Tani Bukit Ithama, mengembangkan demplot budidaya maggot. PT Indexim Coalindo juga melakukan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan budidaya maggot ini.
“Dengan menggunakan maggot sebagai bahan pakan, kami dapat menghemat biaya pakan yang selama ini menjadi beban dalam usaha peternakan ayam,” lanjut Razak bercerita.
“Inisiatif ini juga dapat membantu perusahaan-perusahaan mengurangi sampah organik yang dihasilkan dari kantinnya, sejalan dengan prinsip ekonomi sirkular,” tuturnya.
Saat ini, budidaya maggot yang dilakukan Razak dan anggota Kelompok Tani Bukit Ithama telah berkembang pesat dengan 70 biopon yang telah dibangun. Razak sendiri telah memulai kembali usaha beternak ayam Jawa super sebanyak 100 ekor, dengan menggunakan pakan maggot.
“Saya berharap peternak lain tidak harus terpuruk lalu bangkit lagi seperti saya. Apalagi kalau sudah mengenal budidaya maggot,” pungkas Razak disertai senyum yang penuh arti. (rk)