RUANGKALTIM.COM, KUTIM – Musyawarah rencana pembangunan (Musrembang) yang berlangsung di Kecamatan Kongbeng, menyita perhatikan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kutai Timur (Kutim). Bagaimana tidak, pihak kecamatan hingga desa mengharapkan dibangun Rumah Sakit (RS) Pratama Tipe D yang dapat memfasilitasi tiga kecamatan, yakni Telen, Muara Wahau dan Kongbeng.
Hal itu buntut diresmikannya RS Pratama Muara Bengkal. Membuat ketiga kecamatan itu mendesak Pemkab Kutim menyediakan RS serupa. Pasalnya, keberadaan RS tersebut dianggap sangat darurat. Mengingat, selama ini Kongbeng dan Muara Wahau selalu merujuk pasien ke Sangatta jika ada masalah kesehatan yang serius.
Apalagi memerlukan waktu tempuh lima sampai enam jam untuk tiba di Sangatta, jika berangkat dari tiga kecamatan itu. Hal itu tidak ditampik Kadinkes Kutim dr Bahrani Hasanal. Dia mengaku pemkab memang memiliki program membangun tiga rumah sakit di tiga zona berbeda.
“Sangkulirang sudah ada RS Pratama untuk melayani warga Sangkulirang, Sandaran, Kaliorang, Kaubun dan Karangan (Sangsaka),” katanya.
Begitu pula RS Pratama Muara Bengkal, yang dapat memberikan pelayanan kepada warga Batu Ampar, Muara Bengkal, Muara Ancalong, Long Mesangat dan Busang.
“Jadi, wacana pembangunan RS Pratama di Muara Wahau memang sudah ada. Nantinya juga akan melayani Telen dan Kongbeng,” bebernya.
Adapun syarat mengajukan pembangunan RS, kata dia, harus menyiapkan lahan yang tidak memiliki masalah. Sebab, pihaknya tak ingin ketika RS sudah terbangun, justru malah diributkan lantaran masalah lahan belum benar-benar terselesaikan.
“Apalagi kalau sampai ada yang meminta ganti rugi dan sebagainya. Ini jangan sampai terjadi, harus dihindari,” jelasnya.
Namun, pihaknya sudah memiliki rencana membangun RS Pratama di Kecamatan Muara Wahau. Mengingat, keberadaannya tepat di tengah-tengah antara Telen dan Kongbeng.
“Apalagi Camat Muara Wahau sudah ada berkomunikasi, memberitahukan mereka sudah menyiapkan lahan. Tapi, kami masih belum melihat lokasinya,” sebutnya.
Kendati demikian, paling penting yang perlu diperhatikan saat membangun RS. Apalagi tidak sekadar membangun, melainkan banyak yang harus disiapkan. Terutama tenaga kesehatan (nakes). Seperti RS Pratama Muara Bengkal yang sudah diresmikan empat bulan lalu, namun nakesnya belum terpenuhi secara keseluruhan.
“Membangun itu mudah, begitu pula mengadakan alat kesehatan (alkes). Yang menjadi perhatian nakes, karena di Kaltim nakes masih kurang. Kami juga masih menyiapkan. Bahkan sampai berkonsultasi dengan pemerintah pusat terkait upaya menyiapkan nakes di RS Pratama Muara Bengkal,” akunya.
Pasalnya, saat ini tenaga kerja kontrak daerah (TK2D) atau honorer sudah tidak diperbolehkan. Padahal yang ada saat ini saja masih sangat minim, namun pengangkatan baru justru tidak diperbolehkan.
“Ini yang sedang diupayakan. Terutama untuk dokter spesialisnya. Semoga ada petunjuk. Apakah tidak disebut TK2D, melainkan tenaga harian lepas (THL) atau lainnya. Yang penting tidak melanggar regulasi,” tuturnya.
Hal itu pula yang mendasari dibangunnya kerja sama dengan Universitas Mulawarman (Unmul). Untuk menyiapkan putra-putri Kutim mendapat beasiswa di Unmul. Mau itu Fakultas Kedokteran, Farmasi hingga Kesehatan Masyarakat (Kesmas).
“Yang penting nakes di Kutim bertambah. Setidaknya dapat dipenuhi apa yang dibutuhkan. Karena banyak dokter yang pindah ke kota, sehingga menjadi hal yang harus menjadi perhatian,” terangnya.
Adapun tenaga dokter yang dibutuhkan minimal empat besar, yakni dokter anak, penyakit dalam, bedah dan kandungan. Termasuk tambahan satu dokter anestesi.
“Kan bedah sama kandungan tidak bisa operasi tanpa anestesi. Tapi, kalau darurat sekali dan prioritas pembangunan untuk penanganan stunting, maka minimal dokter anak tersedia di RS Pratama. Jadi itu prioritasnya. Tapi, kalau bisa empat besar ini ditambah anestesi. Di Sangkulirang saja baru ada dokter bedah, kandungan sama anastesi. Dokter anak dan penyakit dalam belum ada,” pungkasnya. (adv/rk)