RUANGKALTIM.COM, KUTIM – Masalah infrastruktur di Kutai Timur (Kutim) memang kerap menjadi sorotan banyak pihak. Terutama permasalahan jalan kabupaten yang sejauh ini tidak memungkin. Salah satunya kerusakan yang terjadi di ruas jalan poros Sangatta-Rantau Pulung.
Sejauh ini sangat kurang perhatian. Meskipun ada penanganan dari pihak perusahaan, namun sifatnya hanya penimbunan saja. Apalagi salah satu penyebabnya, yakni maraknya truk roda 10 bermuatan batu bara melintasi jalan itu hingga 3,5 kilometer lebih.
Hal itu tidak ditampik Ketua DPRD Kutim Joni. Politikus PPP itu menilai, kondisi jalan poros itu memang sangat rusak. Namun belakangan ini ada perbaikan dengan batu merah dan penimbunan titik-titik lubang yang parah.
“Informasi yang beredar, pihak KPC yang melakukan perbaikan itu,” katanya.
Tak heran, perusahaan pertambangan batu bara itu telah berkomitmen untuk memperbaiki poros itu. Adapun jenis perbaikannya, apakah hanya sekadar penimbunan atau jenis permanen. Joni mengaku tidak mengetahui secara pasti.
“Tapi, informasinya KPC hanya menangani titik-titik dengan kerusakan cukup parah saja. Jadi, apakah sekadar penimbunan saja atau akan ditindaklanjuti dengan pengaspalan, saya tidak tahu,” akunya.
Sebagai warga Rantau Pulung, Joni menilai perbaikan yang dilakukan tidak sesuai harapan. Sebab sekadar menimbun dengan batu dan tanah saja. Bahkan tidak dilakukan pemadatan dan perataan permukaan jalan.
“Apakah perbaikan masih berproses, saya tidak tahu. Tapi, kalau bisa dikembalikan seperti yang ada sebelumnya (aspal). Karena sebelumnya sepanjang poros itu badan jalannya sudah di aspal. Sekarang rusak dan mulai alami longsor di beberapa titik,” ungkapnya.
Dia tidak menampik, perusahaan pertambangan tidak akan menggarap hingga badan jalan.
“Namun kendaraan milik perusahaan tambang setiap hari melintasi poros itu,” terangnya.
Terdapat sekira 30 Kilometer jarak antara Sangatta-Rantau Pulung. Kendati demikian, dia menilai lebih banyak jalan rusak di poros itu. Bahkan semuanya alami kerusakan.
“Tidak ada bagusnya. Meskipun ada aspal, tapi jalan sedikit pasti akan bertemu lubang atau bergelombang. Memang sangat memprihatinkan. Saya pun merasakan ketika pulang ke Rantau Pulung,” paparnya.
Padahal, kata dia, dulu waktu jalannya masih aspal mulus. Waktu tempuh hanya 30-35 menit sudah tiba di Rantau Pulung. Berbeda dengan sekarang, waktu tempuh lebih lama. Bahkan mencapai 1 jam setengah.
“Itu sudah termasuk laju. Memang kualitas jalannya sangat buruk,” jelasnya.
Dia pun berharap, KPC melakukan perbaikan sesuai yang ada sebelumnya. Sebab pekerjaan yang dilakukan sekarang masih belum layak. Meskipun sudah diratakan dan dikeraskan, tetap harus dilakukan pengaspalan.
“Termasuk PT APE dan PT BAS yang juga bergerak di bidang pertambangan batu bara, harus memberikan perhatian serius. Jangan hanya menggunakan saja, tapi tidak diperbaiki,” tegasnya.
Apalagi PT BAS, terdapat enam bus yang mengantar jemput karyawan dari Sangatta dalam sehari. Mereka santai karena busnya double gardan. Berbeda dengan kendaraan masyarakat yang kerap terjebak kubangan lumpur ketika hujan.
“Apalagi jalan yang dilintasi truk pengangkut batu bara kalau hujan sangat licin. Banyak kendaraan roda dua yang melintas jatuh. Memang sangat licin,” pungkasnya. (adv/rk)