RUANGKALTIM.COM, KUTIM – Kebanyakan daerah di Indonesia kini berada pada pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Level II. Hal itu dengan semakin meningkatnya vaksinasi dan tren covid-19 secara nasional sudah menurun. Namun, pantauan setelah cuti bersama lebaran Idul Fitri tetap menjadi patokan status pandemi.
Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kutai Timur (Kutim dr Bahrani Hasanal mengatakan, evaluasi hanya dapat dilakukan tiga pekan setelah libur panjang. Hal itu sesuai dengan pengalaman sebelumnya.
“Ada peningkatan kasus positif atau tidaknya, terlihat dengan jelas setelah pekan ketiga,” ujarnya, kemarin (8/5).
Apabila trennya masih sama dengan sekarang yang tidak ada peningkatan, dua pekan setelah Idul Fitri. Maka, bisa diprediksi akan memulai masa endemi. Meskipun dengan banyak pertimbangan sebelum diputuskan.
“Memang ranahnya pemerintah pusat. Makanya ditunggu dua pekan ke depan,” sebutnya.
Kendati demikian, perilaku masyarakat juga harus dapat menjamin dimulainya masa endemi. Apabila kasus positif tidak signifikan, masyarakat tetap menggunakan masker dan rajin mencuci tangan dengan air mengalir yang merupakan kebiasaan baik.
“Mudah-mudahan pemerintah pusat dapat menetapkan pandemi menjadi endemi,” harapnya.
Baca Juga : Kebakaran di Samarinda Ulu, Tujuh Meninggal Satu Kritis
Apalagi pihaknya kini tidak hanya dihadapkan dengan pandemi covid-19 saja. Sekarang ada hepatitis akut misterius, yang belum diketahui penyebabnya. Hanya, kasusnya tidak seheboh covid. Makanya pengalaman itu yang akan digunakan untuk mengantisipasi.
“Kalau pun nanti akan menyebar, tentu akan ada strategi lain. Yang jelas, pengalaman penanganan covid-19 bisa menjadi acuan penanganan dan pencegahan hepatitis yang belum diketahui ini,” tuturnya.
Perlu diketahui, hepatitis merupakan penyakit lama. Bahkan tergolong A hingga E. Secara umum penyebabnya adalah virus. Bahrani menyebut, hepatitis adalah peradangan hati. Selain virus, bisa juga disebabkan mengkonsumsi obat-obatan, makanan dan perilaku tidak sehat.
“Seperti minum alkohol dan banyak makan berlemak dan tidak bersih,” ungkapnya.
Sekarang, kata dia, hepatitis akut lagi heboh. Sayangnya penyebabnya belum diketahui. Bahkan sudah menyebar di beberapa negara Eropa.
“Kalau disebabkan makanan, seperti tidak mungkin. Kan makanan di setiap negara tidak sama. Apalagi peraturan tentang bahan pengawet, pewarna dan penyedap sudah ketat. Begitu juga dengan kebersihan, di Eropa sisi kebersihan juga sudah bagus. Jadi, memang belum diketahui penyebabnya,” katanya.
Masyarakat diimbau menjaga pola hidup bersih dan sehat (PHBS), yang merupakan program nasional. Pihaknya berharap hal tersebut menjadi perilaku masyarakat sehari-hari. Apalagi masyarakat masih ada yang suka buang air kecil dan besar sembarangan.
“Tidak menutup kemungkinan menjadi penyebabnya. Hepatitis juga bisa menular melalui cairan tubuh. Seperti darah dan sperma, termasuk makanan dan kebersihan. Makanya penting menerapkan PHBS,” tutupnya. (rk)