RUANGKALTIM.COM, KUTIM – Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Incinerator Prima Sangatta Eco Waste, yang terletak tepat di belakang Pasar Induk Sangatta, Kutai Timur (Kutim), dianggap sebagai solusi untuk mengatasi masalah persampahan di kawasan perkotaan. Mengingat, TPST dapat mengelola sampah harian hingga 24 ton dari total keseluruhan 80 ton.
Teknologi itu menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi timbunan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Batuta. Dengan melibatkan pembakaran suhu tinggi, energi panas yang dihasilkan bisa dimanfaatkan menjadi sumber listrik.
“Sekarang limbah domestik atau sampah di Kota Sangatta telah dikelola menggunakan incinerator,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas lingkungan Hidup (DLH) Kutim Andi Palesangi, Kamis (1/12/2022).
Hal itu tentu membuat penumpukan sampah di TPA Batuta semakin berkurang. Menurutnya, dengan adanya TPST incinerator, semua motor roda tiga akan mengangkut sampai ke sana semua.
“Dulunya kendaraan roda tiga itu membawa sampah menuju UPT Kebersihan. Kemudian dipindahkan ke truk untuk dibawa ke TPA Batuta. Sekarang tidak lagi, cukup sampai TPST saja,” bebernya.
Meskipun masih pendampingan dari PT DMM, karena berasal dari CSR PT KPC yang dikontraktorkan kepada PT DMM untuk membangun fisiknya. Namun sampah basah dan kering dapat diolah di sana.
“Kecuali sampah berbahan besi, botol kaca bertekanan, batu, kaleng, kawat dan jaring,” ucapnya.
Apalagi pihaknya hanya bertanggung jawab membayar gaji 48 tenaga harian lepas (THL). Sedangkan seluruh biaya operasionalnya ditanggung PT DMM. Ya, untuk biaya listrik dalam sebulan memakan biaya hingga Rp 40 juta. Kendati demikian, sangat membantu untuk mengatasi permasalahan sampah.
“Terutama sampah yang akan dibawa ke TPA Batuta akan semakin sedikit,” pungkasnya.
Perlu diketahui, keberadaan incinerator di kabupaten ini menjadi satu-satunya di Kalimantan Timur (Kaltim). Selain ramah lingkungan, sampah yang dikelola TPST juga dapat dijadikan bahan baku batako.
Berdirinya TPST menjadi langkah maju untuk berkarya melayani masyarakat. Semakin menarik, karena sampah yang ada setelah dikelola menjelma menjadi modal untuk memenuhi kantong. (adv/rk)