RUANGKALTIM.COM, KUTIM – Peringatan hari ibu, 22 desember yang ke-93, mengangkat tema Perempuan Berdaya Indonesia Maju. Hampir seluruh elemen masyarakat menggelar peringatan tersebut. Sebagai bentuk mengingat jasa Ibu, yang tak kenal lelah mendidik dan merawat anaknya.
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kutai Timur (Kutim), turut memperingati momentum bersejarah tersebut. Pihaknya menggelar pemotongan tumpeng sebagai bentuk syukur kepada Tuhan Maha Esa, di kantor Disdukcapil, Kompleks Perkantoran Bukit Pelangi, Rabu (22/12/2021).
Plt Kadisdukcapil Kutim Dr Sulastin, menceritakan kisah bersejarah ditetapkannya hari ibu pada 22 Desember, hingga dijadikan hari nasional. Menurutnya, itu bermula dari penyelenggaraan Kongres Perempuan Indonesia ke-33, berlangsung di Bandung pada 22-27 Juli 1939.
“Kongres itu menetapkan 22 Desember sebagai peringatan hari ibu. Bertepatan dengan diselenggarakannya Kongres Perempuan Indonesia pertama pada 22 Desember 1928,” ungkapnya.
Kongres itu melatarbelakangi terjadinya kesamaan pandangan. Mengubah nasib perempuan Indonesia. Kala itu, Organisasi Perempuan Sumatra dan Jawa berkumpul untuk berdiskusi dan bertukar pikiran menyatukan gagasan di Jayadipuran, Jogjakarta.
“Mereka ingin membangun kesadaran bagi kaum perempuan di Indonesia, untuk memperjuangkan haknya. Berawal dari kongres yang dihadiri 600 peserta, dari 30 organisasi wanita ini lah, kemudian dibentuk sebuah organisasi yang lebih besar,” bebernya.
Organisasi tersebut bernama Perserikatan Perempuan Istri Indonesia (PPII). Kongres itu mendapat dukungan dari Presiden RI Soekarno Hatta, keluarlah keputusan presiden yang memutuskan 22 Desember, sebagai hari ibu yang dapat diperingati secara nasional.
“Alhamdulillah sampai sekarang selalu diperingati. Menjadi momen kasih sayang terhadap ibu,” katanya.
Tahun ini, logo peringatan hari ibu memiliki warna merah dan putih berbentuk bunga. Menurutnya, itu sebagai gambaran semangat nasionalisme. Sedangkan bentuk bunga sebagai representasi cara berpikir perempuan,” terangnya.
Berdaya cerdas intelektual atau berilmu. Emosional artinya ikhlas dan tabah cerdas. Spiritual yang bermakna beriman. Tiga makna ini harus dikombinasikan.
“Kita punya ilmu tapi tidak bisa menjaga emosional, punya ilmu dan emosional tapi tidak beriman, maka tidak ada manfaatnya. Makanya ketiganya harus dikombinasikan. Memiliki ilmu, bisa menjaga emosi dan imannya,” jelasnya.
Dia mengaku sudah mengajak para perempuan yang hadir menghadiri peringatan tersebut. Terutama staf Disdukcapil. Dia mengajak, menyebarkan pemikiran positif seperti bunga yang menebarkan aroma wangi.
“Karakter perempuan sejati seperti bunga yang menjadi simbol kelembutan dan keindahan. Bentuk siluet dan wajah perempuan itu sebagai representasi sikap dan tindakan perempuan berdaya. Sesuai dengan tema hari ibu tahun ini, perempuan Berdaya Indonesia Maju,” ucapnya.
Lebih lanjut, perempuan perlu bersikap tegas namun lembut penuh cinta. Menatap ke depan penuh percaya diri. tangguh dan mampu menjalankan peran dalam berbagai aspek kehidupan secara seimbang dalam kesetaraan.
“Jadi, perempuan itu harus labil. Saatnya perempuan Indonesia berbicara. Suaramu keberanianmu. Perempuan Indonesia inspirasi bangsa, sebagai gerak dan langkah dari masa ke masa,” ujarnya.
Perempuan Indonesia sebagai inovator dan kolaborasi kemampuan bangsa. Perempuan Indonesia berprestasi untuk dunia. Berdaya untuk pemulihan ekonomi bangsa pasca pandemi covid-19.
“Perempuan berdaya Indonesia Maju, selamat hari Ibu ke-93. Terima kasih,” tutupnya. (rk)