RUANGKALTIM.COM, KUTIM – Antrean masyarakat untuk mendapatkan minyak goreng juga terjadi di Kutai Timur (Kutim). Beberapa distributor dan retail modern beberapa kali dipadati barisan masyarakat.
Memang, hal itu mulai terlihat sejak awal bulan ini, Maret. Kenaikan terjadi signifikan. Bahkan, di pasar-pasar dan toko sembako kenaikan harga mencapai dua hingga tiga kali lipat.
Jika harga normal Rp 14 ribu per liternya, di Pasar Induk, ditemukan Rp 38 ribu per liter. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kutim, Zaini tak menampik itu. Menurutnya, kelangkaan minyak goreng terjadi secara nasional.
Kendati demikian, pihaknya telah bekerja sama dengan beberapa distributor. Salah satunya UD Pulau Mas, yang sudah mendistribusikan 11.400 liter kepada masyarakat, pekan lalu (Jumat, 4/3/2022).
“Retail modern juga mendistribusikan 50 dus per pekannya. Memang jumlahnya kurang. Tapi, kami heran, ada beberapa informasi setelah antrean selesai. Banyak pedagang dadakan menawarkan minyak goreng melalui media sosial. Harganya pun tidak sesuai. Ini juga menjadi pertanyaan kami. Apakah distribusi tidak sampai kepada masyarakat,” ujarnya.
Dia memastikan, akan menggelar inspeksi mendadak (sidak) di pasar dan toko sembako yang menjual di atas harga ambang batas. Sebab, pihaknya hanya menoleransi kenaikan harga Rp 15 ribu.
“Dari distributor kan Rp 13 ribu. Kalau lebih Rp 15 ribu, sudah ada unsur memanfaatkan,” sebutnya.
Apaladi dari hasil rapat, (Rabu pagi, 8/3/2022). UD Pulau Mas akan kembali mendistribusikan 7.400 liter. Pembagiannya akan berlangsung di kawasan Patung Burung, Sangatta Selatan, (Sabtu, 12/3/2022). Pihaknya pun akan berkoordinasi dengan TNI dan Polri, agar proses distribusi tidak menyebabkan antrean yang menumpuk.
“Akan disediakan delapan loket. Ada loket manula, ibu hamil dan disabilitas,” terangnya.
Dia menyebut, kenaikan harga dampak dari panic buying. Hal itu pun dimanfaatkan oknum pedagang. Sebab, kebutuhan terlihat meningkat, akhirnya harga pun dinaikkan. Bahkan, ada yang menjual Rp 20 ribu hingga 30 ribu per liternya.
“Makanya pembagian hari Sabtu akan dibatasi. Semoga benar-benar dapat dinikmati masyarakat,” harapnya.
Pihaknya juga mengantisipasi kelangkaan dan kenaikan harga minyak goreng menjelang bulan puasa. Sejauh ini, belum ditemukan indikasi penimbunan. Memang, tadi pagi pihaknya menggelar sidak Gudang Zubair.
“Ditemukan 20 ribu liter. Begitu ditanyakan, mereka beralasan dalam proses distribusi ke pasar dan pengecer. Tapi, dalam tiga hari akan kami tanyakan lagi. Apakah sudah dibagikan atau tidak,” tegasnya.
Untuk menyenangkan masyarakat, agar tidak panic buying. Dia membeberkan, pihaknya akan mendapat tambahan 1,8 juta liter dari Bontang.
“Sekarang proses permohonan dari distributor UD Pulau Mas,” tuturnya.
Terkait kelangkaan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Pemprov Kaltim. Informasi yang diterimanya, terjadi keterbatasan pengiriman dari pabrik yang ada di Jakarta, Surabaya, Ujung Pandang dan Kalimantan Selatan (Kalsel).
Zaini mengakui tidak mengetahui secara pasti penyebab terhambatnya distribusi minyak goreng. Padahal, berdasarkan kalender pengiriman Provinsi Kaltim, per 14 Maret sampai 25 April mendatang, akan ada pengiriman 1,6 juta liter untuk tujuh kabupaten kota se-Kaltim.
“Tapi, karena adanya kelangkaan harus dibagi kepada 10 kabupaten kota di Kaltim. Seharusnya untuk tujuh kabupaten kota saja. Paser, Kubar, Mahulu, tidak termasuk,” ungkapnya.
Namun, karena ada keterbatasan, akhirnya jumlah itu dibagi juga untuk ketiga kabupaten tersebut. Sehingga mengurangi kuota kabupaten kota lainnya, termasuk Kutim. Padahal, pengirimannya sudah ditunggu selama empat bulan. Bahkan, tidak sesuai dengan kebutuhan Kaltim secara keseluruhan, yang memerlukan 455 juta liter per bulannya.
“Makanya, provinsi pun juga kesulitan menunggu distribusi selanjutnya,” tutupnya. (rk)