RUANGKALTIM.COM, KUTIM – Festival Budaya Adat Dayak Wehea, Lom Plai, tampaknya membuat warga Kabupaten Kutai Timur (Kutim) terkagum-kagum. Bagaimana tidak, budaya asli Kutim yang digelar di Desa Nehas Liah Bing, Kecamatan Muara Wahau itu, dipastikan masuk daftar Karisma Event Nasional (KEN).
Melalui KEN, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menjadikannya strategi. Pihaknya pun berkolaborasi bersama pemerintah daerah (Pemda) dan seluruh stakeholder sektor pariwisata. Tujuannya sangat jelas, yakni meningkatkan citra pariwisata Indonesia dan penggerak kebangkitan sektor pariwisata serta ekonomi kreatif.
Saat puncak Festival Lom Plai, Selasa (2/5/2023). Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman yang hadir mengatakan, festival serupa harus memicu bagi kegiatan budaya lainnya yang dimiliki kabupaten ini.
“Terutama untuk mempromosikan potensi wisata di seluruh wilayah di Kutim. Terima kasih kepada semua yang sudah berpartisipasi,” katanya.
Dia pun mengajak seluruh wilayah di Kutim berlomba mempromosikan potensi wisatanya. Baik keindahan dan kekayaan hayati, budaya dan lainnya. Dia menilai, Lom Plai menjadi tolok ukur bagi desa lainnya untuk bisa masuk ke kalender event nasional.
“Apalagi bisa menggairahkan sektor perekonomian. Terutama para pelaku UMKM,” jelasnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Kutim Kasmidi Bulang yang juga menghadiri puncak festival itu mengatakan senada. Sebagai pemerhati Lom Plai, dia memberikan apresiasi kepada semua pihak.
“APalagi kegiatan ini sukses digelar. Baik dari segi penyelenggaraan maupun dampak ekonomi yang dihasilkan,” tuturnya.
Menurutnya, hadirnya perwakilan dari Kemenparekraf di Festival Lom Plai menunjukkan bahwa ada adat istiadat atau budaya yang sudah ratusan tahun masih dipelihara kelestariannya. Sebagai bagian dari masyarakat kabupaten ini, harus bangga karena mampu menjaga dan merawat nilai-nilai kearifan lokal.
“Lom Plai ini kekayaan yang harus dijaga kelestariannya,” tegasnya.
Dia menyebut, Lom Plai merupakan ritual sakral. Sebagai media ungkapan rasa syukur masyarakat Dayak Wehea. Termasuk ungkapan terima kasih kepada Yang Maha Kuasa atas panen padi dan penyertaan dalam kehidupan.
“Tradisi ini sudah turun-temurun dan patut dijaga setiap generasi. Makanya harus bangga memiliki budaya ini,” tutupnya.
Untuk diketahui, KEN merupakan kumpulan event berkualitas dari 34 provinsi di Indonesia. Tujuan diadakannya KEN sebagai sarana mempromosikan destinasi wisata di berbagai daerah, melalui pagelaran festival yang menarik wisatawan berkunjung.
Tidak mudah masuk dalam daftar KEN. Terdapat lima aspek yang dinilai Kemenparekraf. Di antaranya ide atau gagasan, potensi-potensi pengembangan ekonomi kreatif dan event management selanjutnya. Termasuk seni pertunjukan dan budaya serta strategi komunikasi dan media partner. (adv/rk)