RUANGKALTIM.COM, KUTIM – Kabupaten Kutai Timur (Kutim) memiliki geografis wilayah yang sangat luas. Bahkan menyerupai luas gabungan Provinsi Banten dan Jawa Barat (Jabar). Sayangnya, luasan itu belum juga dimaksimalkan pemerintah untuk mendirikan kawasan peternakan yang representative.
Mengingat peluang mengembangkan peternakan, terutama sapi ternak di kabupaten ini berpotensi yang sangat besar. Hal itu disampaikan anggota Komisi B DPRD Kutim Apansyah.
“Tapi, sampai sekarang belum dimaksimalkan. Padahal wilayah Kutim sangat luas,” kata politikus Berkarya itu.
Dia mengaku belum melihat keseriusan pemkab. Termasuk para peternak yang melakukannya untuk jangka panjang. Mengingat sejauh ini, program itu dilakukan musiman saja. Terutama menjelang hari raya kurban atau Idul Adha.
“Makanya pemerintah harus serius memotori para peternak. Kalau sekarang kan terkesan mengabaikan,” ucapnya.
Padahal, kata dia, jika dimaksimalkan akan menjadi solusi pemenuhan kebutuhan daging di kabupaten yang terletak di bagian Utara Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) itu.
“Kalau sekarang kan kita masih kesulitan mencari pemasok daging. Karena sapi lokal belum dikembangkan. Sehingga berdampak pada kenaikan harga daging. Karena masih mengandalkan pasokan dari luar,” paparnya.
Sejauh ini, peternak lokal hanya mampu memenuhi sebagian kecil kebutuhan daging di Kutim. Bahkan hanya 2 persen, dari seluruh kebutuhan dipasaran.
“Makanya pemerintah harus melihat potensi yang ada. Maksimalkan keberadaan peternak lokal, dengan memberikan dukungan. Baik edukasi untuk peningkatan SDM (sumber daya manusia),” imbaunya.
Selain itu, pemkab juga diminta memaksimalkan peran Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (Stiper) Sangatta. Mengingat terdapat jurusan peternakan di perguruan tinggi tersebut. Sehingga sudah banyak alumni yang bisa dimaksimalkan untuk peternakan.
“Kalau sekarangkan tidak ada peternakan. Padahal ada 18 kecamatan yang berpotensi untuk dibangun area peternakan,” tutupnya. (adv/rk)