RUANGKALTIM.COM, KUTIM – Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Batuta memiliki luas mencapai 7 hektare. Meski begitu, kini TPA itu mulai over kapasitas. Mengingat setiap harinya sampah yang masuk ke TPA mencapai 70 ton.
Meski tidak lagi menumpuk di tepi Jalan Poros Sangatta-Bengalon. Namun tetap perlu upaya-upaya agar usianya bisa lebih panjang. Pasalnya, setelah sampah yang berada di tepi jalan didorong menuju area TPA menggunakan excavator yang baru. Tapi truk tidak berani masuk dumping area, karena takut amblas. Hal itu disampaikan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kutim Armin Nazar, Sabtu (6/5/2023).
“Terpaksa sampahnya diletakkan lebih dekat jalan masuk,” katanya.
Dia pun mengusulkan anggaran pengadaan bulldozer. Sehingga bulldozer tersebut yang akan mendorong agar jalan dumping area tidak tertutup. Apalagi waktu excavator rusak, pihaknya kesulitan melakukan perapian di TPA.
“Alhamdulillah tahun lalu sudah ada pengadaan dua excavator. Jadi, TPA memang harus dibenahi. Setidaknya lebih baik dari sekarang, seperti TPA Bontang,” harapnya.
Selain membutuhkan bulldozer, pihaknya juga membutuhkan excavator ukuran kecil yang bertugas khusus mengangkut tanah ke dump truk untuk menimbun sampah yang menumpuk di TPA. Sebab, pihaknya ingin menerapkan metode sanitary landfill atau metode pengelolaan sampah modern dan efektif digunakan di TPA.
“Makanya kami mencari tenaga teknis yang bisa memanfaatkan pipanisasi metan, untuk menangkap gas metan. Kan di sampah itu ada gas metan yang harus ditangkap lebih dulu. Kalau langsung ditimbun, khawatirnya meledak seperti yang terjadi di Bantar Gebang (Bekasi, Jawa Barat),” paparnya.
Dia berharap tahun depan sudah bisa direalisasikan. Apalagi tempat pengolahan air lindi dari sampah sekarang dalam kondisi rusak. Untuk mencapai itu, diperlukan anggaran yang besar sesuai dengan Detail Engineering Design (DED).
“Bisa dipenuhi bertahap. Yang saya utamakan bulldozer untuk di TPA. Kalau hanya mengandalkan excavator tanpa dukungan bulldozer untuk mendorong, maka ongkos akan sangat besar,” jelasnya.
Dengan pembenahan itu, maka peluang memperoleh sertifikat juga akan terbuka. Tapi, tetap tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sebab memang banyak yang harus dibenahi.
“Semoga dua atau tiga tahun ke depan kita bisa dapat sertifikat adipura,” harapnya.
Apalagi UPTD TPA Sangatta Utara dan Sangatta Selatan sekarang bersemangat dan berlomba mengarah ke sana. Mengingat, dirinya juga telah memberikan target untuk meningkatkan capaian kinerja. Sehingga dapat merealisasikan apa yang diinginkan.
“Kami juga sedang membina RT-RT dan kampung iklim di tiga desa dari tiga kecamatan (Desa Sepaso-Kecamatan Bengalon, Singa Gembara-Sangatta Utara dan Gunung Teknik-Sangatta Selatan). Semoga setelah direalisasikan, RT dan desa lain bisa melihat dan mencontoh,” jelasnya.
Selain itu, ada pula indikator terhadap pelaksanaan sekolah adiwiyata atau pembinaan pengelolaan lingkungan dimulai dari dini.
“Alhamdulillah sekarang program ini sudah berjalan dengan baik. Apabila sudah mengikuti Adiwiyata nasional atau mandiri yang akhirnya juara, maka akan mendapatkan penghargaan dari KLHK,” pungkasnya. (adv/rk)