RUANGKALTIM.COM, KUTIM – Selain penanggulangan yang masif, ada satu lagi upaya yang efektif dan efisien untuk menurunkan prevalensi kasus persebaran penyakit HIV/AIDS di Kabupaten Kutai Timur (Kutim). Yakni deteksi HIV sejak dini.
Langkah tersebut diyakini akan menekan risiko penularan dan meningkatkan keberhasilan pengobatan HIV. Semakin cepat keberadaannya terlacak, tindakan pun bisa segera dilaksanakan. Harapannya, sebaran infeksi bisa dikendalikan dan tidak berkembang menjadi AIDS.
Meski angka kasus HIV di Kutim terbilang tinggi, banyak orang yang masih merasa enggan menjalani tes HIV. Itu tidak lepas dari stigma negatif yang melekat pada penyakit ini.
Padahal, makin cepat penyakit infeksi HIV terdeteksi, makin efektif pula pengobatan HIV bisa ditempuh. Pengobatan dini tersebut juga bisa menurunkan risiko penderita infeksi HIV mengalami AIDS.
Menurut anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Novel Tyty Paembonan, screening atau pemeriksaan awal sejak dini menjadi salah satu langkah terbaik. Terutama pada kelompok yang berisiko tinggi terinfeksi HIV.
“Screening atau pemeriksaan awal itu wajib. Contohnya, dilakukan pada PSK (pekerja seks komersial), penyuka sesama jenis, dan ibu yang mau melahirkan. Mereka harus jalani tes seperti hepatitis, sifilis dan HIV. Karena mereka sangat berisiko,” ucapnya, Kamis (18/7/2024).
Meski demikian, dirinya menegaskan bahwa tes tersebut tetap harus mengedepankan hak asasi manusia. Serta tidak melanggar privasi individu. Nah, untuk mewujudkan itu, perlu lahirnya regulasi untuk memayungi hak individu yang berisiko terpapar HIV.
“Apalagi ketika memang orang tersebut positif, kita wajib merahasiakan. Karena menyangkut hak asasi manusia dan privasi. Makanya diperlukan regulasi yang mengatur hal tersebut,” jelas Novel. (adv/rk)