RUANGKALTIM.COM, KUTIM – Perjalanan menghadirkan pendidikan yang layak secara merata di seluruh Indonesia masih begitu panjang. Begitu luas negara ini terbentang, pembangunan pendidikan saat ini masih terfokus di kawasan perkotaan. Sementara, di kawasan pedalaman atau pelosok, acap jarang tersentuh perhatian.
Permasalahan pendidikan yang paling umum ditemukan di daerah pelosok yakni sarana dan prasarana (sarpras) yang masih sangat terbatas. Sarpras tersebut meliputi peralatan-peralatan penunjang proses belajar mengajar di suatu sekolah, gedung sekolah atau lembaga tempat belajar.
Mudah membandingkan ketersediaan sarpras tersebut antara kawasan perkotaan dan daerah pelosok. Kondisi yang kontras itu mengecilkan asa untuk bisa meraih taraf pendidikan berkualitas.
Menurut Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kutai Timur (Kutim) Joni, fasilitas-fasilitas yang terdapat di daerah pelosok memang belum cukup memadai. Namun, saat ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutim sudah berfokus untuk memenuhi kebutuhan sarpras pendidikan ke daerah pelosok.
“Kalau di daerah kota itu sudah mencapai 90 persen. Hanya sebagian kecil saja yang belum dibangun. Sedangkan di daerah pelosok, pemerintah sudah memfokuskan pembangunan fasilitas sarpras penunjang pendidikan di sana,” ujarnya.
Joni mengatakan, alokasi anggaran terhadap dunia pendidikan di Kutim terus meningkat selama dua tahun belakangan. Termasuk dalam anggaran murni maupun anggaran perubahan.
“Kalo secara terperinci berapa nilainya, saya tidak ingat. Tapi, yang jelas, selama dua tahun ini, APBD (anggaran pendapatan dan belanja daerah) kita itu meningkat untuk pendidikan. Karena itu termasuk di dalam aspirasi kita,” jelasnya. (adv/rk)